1.
Pengertian sistem imun :
Sistem imun atau pertahanan tubuh
adalah sistem yang berperan penting dalam menjaga kesehatan tubuh kita. Sistem
pertahanan tubuh terdiri atas organ limfatik primer (sumsum tulang merah, kelenjar
timus) dan kelenjar limfatik sekunder (limpa, nodus limfa, tonsil).
2. Fungsi sistem imun:
penangkal “benda” asing yang masuk ke dalam tubuh;
untuk keseimbangan fungsi tubuh terutama menjaga keseimbangan komponen
tubuh yang telah tua;
sebagai pendeteksi adanya sel-sel abnormal, termutasi, atau ganas, serta
menghancurkannya.
3. Pertahanan Tubuh Alami
ü Pertahanan fisik à kulit
ü Pertahanan mekanik à rambut hidung
ü Pertahanan kimia à air mata, mukus, saliva
ü Pertahanan biologis à populasi bakteri alami
4.
Tahanan Pertubuh oleh Sel Darah Putih
Sel
darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap patogen. Terdapat 5
jenis sel darah putih yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan
limfosit.
Gambar sistem imun bekerja
Mekanisme pertahanan tubuh manusia dibedakan respons
nonspesifik dan respons spesifik.
Perbedaan respons
nonspesifik dengan respons spesifik
|
|
Respons nonspesifik
|
Respons spesifik
|
Bereaksi
sama terhadap semua agen infeksi
|
Memiliki
reaksi berbeda untuk agen infeksi yang berbeda
|
Tidak
memiliki memori terhadap infeksi sebelumnya
|
Memiliki
memori terhadap infeksi sebelumnya
|
Tingkat
reaksi sama pada tiap agen infeksi yang berusaha menyerang
|
Tingkat
reaksi akan lebih besar terhadap agen infeksi yang pernah menyerang
sebelumnya
|
Pertahanan tubuh juga melibatkan
antigen dan antibodi. Antibodi atau
imunoglobin adalah glikoprotein plasma yang bersirkulasi dan dapat
berinteraksi secara spesifik dengan determinan antigen. Antigen merupakan materi asing berupa bahan kimia beracun seperti
bisa ular, yang dapat memicu bereaksinya sel B dan sel T. sel B dan sel T
merupakan jenis limfosit atau sel darah putih untuk pertahanan tubuh lapis
ketiga.
Tahapan aktivitas sel pertahanan tubuh dalam menghadapi zat
asing
1. Pengenalan
antigen
Sel-sel darah putih akan mengenali
antigen / zat asing.
Kemudian sel darah putih menandai bentuk
molekul protein dan molekul lain pada permukaan sel.
Sel darah putih dapat dibedakan antara
sel diri sendiri dan bukan diri sendiri (sel asing)
2. Komunikasi
antar sel
Leukosit yang sudah mengenali molekul asing
(misalnya berupa bakteri maupun mikroorganisme lain) selanjutnya
menginformasikan kepada sel-sel pertahanan tubuh lain bahwa antigen telah
datang. Komunikasi antar sel tersebut diperantarai oleh sitokin (suatu protein yang disekresi oleh sel bernukleus).
3. Mengalahkan
penyerang
Sel penyerang / antigen akan dilemahkan dengan protein spesifik yang
diproduksi oleh sel pertahanan tubuh yang disebut antibodi.
Antibodi akan mengikat antigen sehingga mudah dihancurkan oleh leukosit.
Respons
nonspesifik
Respons nonspesifik dibedakan
menjadi dua macam pertahanan yaitu, pertahanan lapis pertama dan pertahanan
lapis kedua.
1.
Pertahanan
lapis pertama
Pertahanan lapis pertama berfungsi melawan
infeksi yang terdapat pada permukaan tubuh, yaitu berupa kulit, membran mukosa,
sekresi alam, dan bakteri alami.
Kulit
Kulit merupakan bagian pertahanan
tubuh yang paling awal terhadap agen infeksi karena kulit langsung terpapar
lingkungan. Sebuah luka kecil dapat menyebabkan bakteri atau virus masuk ke
dalam tubuh, tetapi kelenjar pada kulit akan menyekresi asam lemak dan keringat
yang mengandung garam sehingga menghambat laju bakteri.
Membran mukosa
Saluran pernapasan yang menyekresi
lendir akan memerangkap bakteri. Sebagian lendir yang mengandung bakteri dan
masuk ke saluran pernapasan, secara refleks akan dikeluarkan melalui bersin
atau batuk.
Sekresi alami
Sekresi alami dari tubuh banyak
mengandung bakterisida. Liur dan air mata mengandung lisozim. Asam di lambung
dapat membunuh bakteri yang masuk lewat makanan. ASI (air susu ibu) mengandung
laktoperoksidase. Cairan sperma mengandung spermin.
Bakteri alami
Secara normal pada kulit, saluran
pencernaan, dan saluran kelamin terdapat beberapa jenis bakteri alami yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Pada situasi tertentu, ketika
seseorang menggunakan antibiotik, bakteri alami akan terganggu, sehingga
organisme patogen akan memasuki tubuh, yang disebut dengan infeksi oportunis.
2.
Pertahanan lapis kedua
Pertahanan lapis kedua berfungsi melawan
bakteri atau infeksi yang gagal dilawan oleh pertahanan lapis pertama.
Pertahanan lapis kedua meliputi fagosit dan sel pembunuh alami, protein
komplemen, interferon, sitokin, dan inflamasi.
Fagosit dan sel pembunuh alami
Fagosit adalah sel darah putih yang
memiliki kemampuan menelan dan menghancurkan mikrob dan material asing yang
masuk ke dalam tubuh, misalnya saat tangan terluka. Fagosit akan menelan
bakteri tersebut ke dalam vakuolanya, dan mengeluarkan enzim untuk membunuh bakteri
tersebut. Contoh fagosit adalah neutrofil dan monosit. Fagosit dihasilkan oleh
sumsum tulang. Sel darah putih yang dapat membunuh sel-sel tubuh yang telah
terinfeksi disebut sel pembunuh alami.
Protein komplemen
Terdapat lebih dari 20 jenis
protein komplemen. Protein komplemen dibentuk di hati dan bersirkulasi
mengikuti aliran darah dalam bentuk tidak aktif. Ketika terjadi infeksi,
antibodi terbentuk dan memicu terbentuknya protein komplemen. Protein komplemen
akan menempel pada mikrob dan dapat mengenali mikrob dengan mudah.
Interferon
Beberapa sel menyekresi interferon
ketika terinfeksi suatu partikel virus. Interferon beraksi terhadap sel-sel
yang belum terinfeksi agar sel-sel tersebut lebih kebal terhadap partikel virus.
Interferon terbentuk pada tahap awal infeksi.
Sitokin
Sitokin adalah molekul protein yang
dihasilkan oleh sel T dan berfungsi sebagai pembawa pesan antarsel yang
membentuk sistem kekebalan. Sitokin juga bekerja sama dengan sistem saraf pusat
dan sistem jaringan lain dalam tubuh. Suatu sel dapat merespons pesan dari
sitokin jika memiliki reseptor yang sesuai.
Inflamasi
Inflamasi adalah reaksi akibat
timbulnya infeksi dan terbukanya arteriol di sekitar daerah yang terluka
sehingga suplai darah ke daerah yang terluka meningkat. Inflamasi dikontrol
oleh sejumlah enzim dan beberapa komponen lainnya, seperti serotonin, platelet,
dan basofil. Serotonin dapat meningkatkan pelebaran arteriol dan permeabilitas
jaringan pembuluh. Darah membawa fagosit yang nantinya akan melepaskan histamin
dan memakan bakteri yang menginfeksi. Daerah yang mengalami inflamasi
kemungkinan juga mengandung nanah (abses).
Respons
Spesifik
Jika pertahanan lapis pertama dan
kedua tidak dapat membendung serangan bakteri atau mikrob patogen, maka
kehadiran patogen tersebut akan memacu pertahanan lapis ketiga untuk aktif.
Pertahanan itu melibatkan respons spesifik oleh sistem imun terhadap infeksi
khusus sehingga memperoleh kekebalan (imunitas) biasanya dapat bertahan lama,
bahkan seumur hidup.
Pertahanan lapis ketiga melibatkan
sel darah putih khusus yang disebut limfosit. Limfosit dapat mengenali mikrob
yang berpotensi menyerang serta memiliki memori atas mikrob tersebut. Imunitas
spesifik melibatkan dua jenis limfosit. Kedua limfosit tersebut dibentuk di
sumsum tulang. Sebagian limfosit yang telah dewasa di dalam sumsum tulang
berubah menjadi limfosit B atau disebut sel B. Sebagian limfosit yang belum
mencapai tahap dewasa akan meninggalkan sumsum tulang menuju kelenjar timus dan
terdiferensiasi menjadi limfosit T atau sel T.
1.
Cara
sel B dan sel T mengenali materi asing
Protein
pada membran sel ditentukan oleh suatu gen yang disebut MHC (Major Histocompatibility Complex).
Protein yang dihasilkan oleh gen disebut protein
marka atau protein penanda.
Manusia memiliki dua penanda MHC, yaitu penanda kelas 1 dan 2. Penanda kelas 1
ditemukan di seluruh sel kecuali sel darah merah. Penanda kelas 2 ditemukan
pada sel T, sel B, dan beberapa makrofaga. Penanda MHC yang dimiliki seorang
individu disebut identitas dan
penanda MHC yang tidak dimiliki seorang individu disebut nonidentitas atau materi asing. Sel B dan sel T akan mengenali dan
mengabaikan sel yang memiliki penanda MHC sebagai materi yang tidak berbahaya,
dan mengenali agen infeksi berupa bakteri atau virus sebagai materi asing atau
nonidentitas, kemudian memicu sel B dan sel T untuk bereaksi.
2.
Sel B
Memiliki imunoglobin pada permukaannya.
Imunoglobin adalah protein yang dapat mengidentifikasi antigen.
Imunoglobin setiap jenis sel B memiliki struktur yang spesifik dan hanya
mengenali satu jenis antigen.
Jadi, ketika sel B telah mengidentifikasi antigen, maka sel B bereplikasi
dengan cepat menghasilkan sel
Terdapat 3 jenis sel limfosit B, yaitu:
Sel B plasma à mensekresikan antibodi ke sistem sirkulasi tubuh.
Sel B memori à hidup dalam waktu yang lama dalam darah dan diprogram
untuk mengingat antigen
spesifik.
Sel B pembelah à
berfungsi untuk menghasilkan lebih banyak lagi sel-sel limfosit B.
Produksi antibodi
Produksi antibodi pada infeksi pertama kali disebut respons antibodi primer.
Pada infeksi kedua oleh agen infeksi yang sama, sistem imun merespons
lebih cepat karena ekspansi klon telah dilakukan pada infeksi pertama. Ini
disebut respons antibodi sekunder.
Konsentrasi antibodi meningkat lebih banyak dan lebih cepat daripada saat
respons primer.
Jumlah sel memori menurun setelah infeksi pertama, tetapi sel B memori
dapat dihasilkan dengan lebih cepat pada saat infeksi kedua.
Macam antibodi
|
Fungsi
|
IGM
|
Aglutinasi,
mengaktifkan protein komplemen, merangsang fagositosis mikrob oleh makrofaga.
|
IgG
|
Mengaktifkan
protein komplemen dan makrofaga, memelihara janin (fetus) dari serangan
penyakit.
|
IgA
|
Mengikat
mikrob (pada daerah permukaan saluran pernapasan dan saluran makanan),
mencegah mikrob masuk ke tubuh, mengeluarkan mikrob dari dalam tubuh bersama
nukleus dan sekresi lainnya.
|
IgE
|
Proteksi
terhadap serangan parasit dan bersama IgG mengikat serta mengusir antigen
alergi.
|
IgD
|
Mengaktifkan
sel B.
|
Macam
antibodi atau imunoglobin
3.
Sel T
Sel T yang telah matang di timus akan berkembang menjadi beberapa jenis
sel T yang mengenali antigen.
Setelah menemukan antigen yang cocok, sel T bereplikasi dengan cepat dan
sel T memori juga terbentuk.
Sel T tidak membentuk antibodi. Sel T bekerja sama dalam sistem imun.
Imunitas yang melibatkan sel T dan fagosit disebut imunitas tingkat sel.
Terdapat 3 jenis sel limfosit T, yaitu:
Sel T pembantu (helper T cell) à menstimulasi sel B untuk membelah
dan memproduksi
antibodi, mengaktivasi dua jenis sel T
lainnya, dan mengaktivasi
makrofag untuk segera bersiap memfagosit
patogen dan sisa
sisa sel.
Sel T pembunuh (killer T cell) à menyerang sel tubuh yang terinfeksi
dan sel-sel patogen yang
relatif besar (misalnya parasit) secara
langsung.
Sel T supresor (suppresor T cell) à menurunkan dan menghentikan respon
imun.
4.
Sebaran
sel B dan sel T di dalam tubuh
Sel B dan sel T dibentuk pada
jaringan limfoid primer, yaitu sumsum tulang dan timus. Sel B dan sel T
mengikuti aliran darah ke seluruh tubuh.
Pembagian
sistem imun
Memperoleh imunitas spesifik
Seseorang memproduksi antibodi jika
mengalami kontak dengan agen infeksi penyebab penyakit. Keberadaan antibodi
spesifik di dalam tubuh membuat orang tersebut dapat melawan agen infeksi dan
kebal terhadap penyakit tertentu. Imunitas yang demikian disebut imunitas
spesifik. Oleh karena antibodi diperoleh setelah mengalami kontak dengan agen
infeksi maka disebut juga imunitas yang diperoleh (acquired immunity).
Imunitas spesifik juga dapat
diperoleh dari luar tubuh dengan cara memasukkan antibodi ke dalam tubuh
melalui suatu proses tertentu. Imunitas yang demikian disebut imunitas pasif. Istilah imunitas aktif digunakan jika antibodi
diproduksi di dalam tubuh. Imunitas aktif dan pasif dapat diperoleh dengan cara
yang berbeda.
1.
Imunitas
Aktif
Imunitas aktif melibatkan proses
produksi antibodi dalam tubuh seseorang untuk merespons antigen tertentu.
Selain itu, sel B memori dan sel T akan diproduksi dan bereaksi lebih cepat
jika terjadi serangan kedua oleh antigen yang sama. Imunitas aktif diperoleh
dengan dua cara, yaitu secara alami dan induksi.
a. Imunitas aktif alami
Ketika seseorang pertama kalinya
mengalami kontak dengan organisme patogen, maka tidak ada antibodi untuk
melawan organisme tersebut. Dalam hal ini, dibutuhkan waktu beberapa hari
sehingga sel plasma dan antibodi membentuk respons primer. Pada masa
pembentukan antibodi, orang tersebut mungkin menunjukkan gejala-gejala sakit.
Antibodi yang terbentuk memiliki sisi yang identik untuk berikatan dengan
materi asing. Jika antibodi yang diproduksi mencukupi untuk melawan mikrob,
orang tersebut akan benar-benar pulih kesehatannya. Imunitas yang demikian disebut imunitas aktif yang diperoleh secara alami.
Pada beberapa kasus, tingkat
infeksi dapat memicu cukup antibodi meskipun tidak tampak tanda-tanda dari luar
bahwa orang tersebut sdang mengalami infeksi. Hal demikian disebut infeksi subklinik.
Jika agen infeksi atau racun
bereaksi cepat dalam tubuh seseorang sebelum sistem imun dapat memproduksi
antibodi maka dapat berakibat fatal.
b. Imunitas aktif diinduksi
Vaksin digunakan untuk mengaktifkan
sistem imun sehingga dapat memproduksi antibodi untuk melawan organisme
penyebab penyakit. Hal tersebut terjadi karena bakteri atau organisme diberi
perlakuan tertentu sehingga tidak dapat lagi menyebabkan penyakit. Ketika
vaksin diinjeksikan ke dalam tubuh seseorang, sistem imun akan menunjukkan respons antibodi primer. Vaksinasi yang
kedua akan menunjukkan respons antibodi
sekunder. Antibodi tersebut spesifik terhadap jenis mikrob yang diberi
perlakuan sehingga jika seseorang terpapar mikrob yang sesungguhnya pada masa
mendatang, sel memori dan antibodi siap mengantisipasi dan orang tersebut dapat
dikatakan kebal terhadap infeksi. Imunitas yang demikian disebut imunitas aktif yang diperoleh dengan cara
induksi.
2.
Imunitas
Pasif
Antibodi yang diproduksi oleh
seseorang dan diberikan kepada orang lain dapat menumbuhkan imunitas pada orang
tersebut. Seseorang yang menerima antibodi demikian disebut memiliki imunitas
pasif. Disebut pasif karena antibodi tidak diproduksi dalam diri sendiri.
Keuntungan dari imunitas pasif adalah dapat memberikan perlindungan dengan
segera. Akan tetapi, antibodi yang diperoleh tidak bertahan lama dan menurun
dengan cepat dalam periode waktu yang cukup singkat. Imunitas pasif dapat
diperoleh melalui dua cara, yaitu secara alami dan induksi.
a. Imunitas Pasif Alami
Janin yang sedang tumbuh memperoleh antibodi dari ibunya melalui plasenta.
Antibodi tersebut akan memberikan perlindungan kepada janin dan bayi karena
sistem imunitas bayi belum berfungsi sebelum bayi dilahirkan.
Bayi juga memperoleh antibodi dari ASI, karena air susu yang pertama kali
keluar adalah kolostrum yang kaya akan antibodi.
b. Imunitas pasif Diinduksi
Jika salah seorang anggota keluarga kita mengidap penyakit hepatitis A,
maka kita juga akan beresiko terkena infeksi.
Tetapi apabila kita segera menerima vaksin antibodi yang spesifik untuk
hepatitis A, maka kita akan terhindar dari infeksi.
Antibodi spesifik hepatitis A dapat diperoleh melalui ekstrak plasma darah
penderita penyakit hepatitis A.
Gangguan
pada sistem kekebalan tubuh
1. Kelainan Sistem Kekebalan Tubuh berupa Alergi
Reaksi alergi juga disebut anaphylaxis atau sensitivitas berlebihan terhadap suatu hal. Anda mungkin pernah merasakan hal ini. Sebagian orang alergi terhadap bulu, debu, makanan laut, gigitan serangga, polen (serbuk sari) dan lain sebagainya. Bentuk reaksinya bisa bermacam-macam, dari mulai bersin, gatal-gatal, pusing, muntah dan diare, bahkan hingga kesulitan bernapas dan kematian (Gambar 11.15).
Gambar 11.15 (a) dan
(b) Polen dapat menyebabkan alergi. (c) Bersin merupakan reaksi alergi terhadap
suatu benda asing yang masuk ke dalam tubuh kita.
Reaksi alergi pertama kali ditemukan pada tahun 1902 oleh Paul
Portier dan Charles Richet, ketika mereka
menyuntikkan protein dari anemon pada seekor anjing. Ketika mereka menyuntikkan
protein yang sama dengan dosis yang lebih banyak, anjing percobaan mereka
menunjukkan gejala anaphylaxis (hipersensitif terhadap antigen),
hingga akhirnya mati.Pada awalnya, tidak ada tanda-tanda penolakan apapun pada tubuh ketika protein asing masuk ke dalam tubuh. Pada tahap ini tubuh mengembangkan imunoglobin (biasanya dari kelas IgE). Ketika protein dari jenis yang sama memasuki tubuh untuk ke dua kalinya, IgE bereaksi dengan berikatan pada antigen pada permukaan membran mast cell. Reaksi ini mendorong mast cell menyekresikan histamin. Histamin dalam jumlah besar inilah yang menyebabkan berbagai reaksi alergi. Misalnya saja jika reaksi alergi terjadi pada saluran pernapasan, histamin akan ditangkap oleh sel-sel otot polos pada rongga pernapasan, yang diikuti dengan berkontraksinya otot-otot tersebut sehingga terjadi penyempitan saluran pernapasan. Histamin juga mengakibatkan vasodilatasi, kapiler darah menjadi lebih permeabel, dan tekanan darah turun. Hal ini mengakibatkan jaringan membengkak.
2. Kelainan Sistem Kekebalan Tubuh Autoimunitas
Autoimunitas merupakan suatu keadaan sistem kekebalan tubuh membentuk antibodi untuk menyerang sel tubuh yang lain, memperlakukannya seolah-olah bukan bagian dari tubuh. Sel limfosit T, karena suatu hal menyerang sel tubuh sendiri. Kemungkinan penyebab abnormalitas ini bermacam-macam. Beberapa kemungkinan ditemukan. Di antaranya adalah infeksi virus pada masa pra natal (sebelum lahir) yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Kemungkinan lainnya adalah ketidakmatangan (immature) sel-sel yang memproses limfosit T di kelenjar thymus. Pada percobaan tikus yang menderita autoimunitas, ditemukan bahwa sel yang tidak matang tersebut, mengalami mutasi. Namun, hal ini belum diketahui apakah terjadi pula pada manusia. Banyak jenis abnormalitas yang menyangkut autoimunitas ini. Beberapa di antaranya adalah:a. Myasthenia gravis, yaitu antibodi menyerang otot lurik. Hal ini menyebabkan degradasi otot, dan berkurangnya kemampuan otot untuk menangkap asetilkolin, zat yang dilepaskan oleh saraf yang memicu kontraksi otot. Contohnya jika terjadi pada mata, pandangan atau posisi mata menjadi tidak simetris (Gambar 11.16).
Gambar 11.16 Myasthenia
gravis pada mata.
b. Lupus erythematosus, yaitu antibodi menyerang sel-sel
tubuh yang lain (secara umum) sebagai sel asing. Penyakit ini sangat sulit
dikenali karena gejalanya sangat umum. Ketika kondisi lingkungan berubah dan
kondisi tubuh melemah, maka serangan antibodi meningkat (Gambar 11.17).
Gambar 11.17 Penyakit
lupus pada bagian wajah.
c. Addison’s disease, yaitu antibodi menyerang kelenjar
adrenalin. Pertama kali ditemukan seorang dokter Inggris bernama Thomas
Addison, tahun 1855. Penyakit ini bisa disebabkan karena infeksi pada kelenjar
adrenalin. Namun ditemukan juga sebab yang lain, yaitu antibodi menyerang
sel-sel yang menghasilkan hormon adrenalin. Akibat yang ditimbulkan di
antaranya mudah merasa lelah, kehilangan berat badan, tekanan, darah rendah,
kadar gula darah yang rendah, rasa perasaan tertekan, dan peningkatan
pigmentasi kulit.d. Multiple sclerosis, yaitu antibodi menyerang jaringan saraf di otak dan tulang belakang. Bagian saraf yang diserang adalah seludang mielin, yang melapisi sel saraf dan berperan dalam menghantarkan informasi. Kerusakan mielin ini menyebabkan berbagai gejala, dari mulai gangguan penglihatan, stres, pusing, dan lain-lain.
e. Diabetes mellitus, yaitu type I (Insulin-dependent Diabetes Mellitus). Antibodi menyerang sel-sel beta di dalam pankreas yang memproduksi hormon insulin. Akibatnya, kadar gula darah tinggi. Gejala yang timbul sangat mirip dengan kasus diabetes Belum diketahui cara atau obat yang dapat menyembuhkan kelainankelainan tersebut. Hingga saat ini pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi kadar gamma globulin dalam darah. Gamma globulin adalah bagian dari darah yang mengandung antibodi.
3. Kelainan Sistem Kekebalan Tubuh AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), adalah penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Penyakit ini diduga berkembang dari sebuah daerah terpencil di Afrika Tengah, pada tahun 1930. Pada tahun 1981, virus ini ditemukan merebak di kalangan kaum homoseksual dan para pengguna obat bius di New York dan California. Sejak tahun 1981, penyakit tersebut telah menyebar ke seluruh dunia. Diperkirakan 33,6 juta orang dewasa dan 1,2 juta anak-anak di seluruh dunia mengidap AIDS. WHO memperkirakan sejak tahun 1981 hingga akhir 1999, telah 16,3 juta orang meninggal karena AIDS, 3,6 juta di antaranya adalah anak-anak di bawah 15 tahun.
Gambar 11.18 (a) dan
(b) Virus HIV yang baru keluar dari sel inang. (c) Ilustrasi virus HIV.
AIDS disebabkan infeksi virus HIV pada sel limfosit T. Ketika virus berhasil
menginfeksi sel limfosit T, virus menggunakan ‘perangkat’ selnya untuk
menggandakan diri di dalam sel. Virus, yang telah menggandakan diri kemudian
menghancurkan membran sel dan meninggalkan sel limfosit T yang lama.
Virus-virus ini siap menginfeksi sel limfosit T yang lain yang masih sehat (Gambar
11.19). Masih ingatkah Anda cara virus menggandakan diri? Pada keadaan
yang normal, virus dapat dinonaktifkan oleh sel limfosit T. Namun, ketika sel T
penolong terinfeksi virus, maka ia tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan
fungsinya untuk mengenali dan menonaktifkan sel-sel asing yang masuk ke dalam
tubuh. Jumlah limfosit T pada orang yang normal rata-ratanya adalah 1.000 sel
per mikroliter darah. Ketika jumlah sel limfosit T pada orang yang terkena AIDS
mencapai konsentrasi sekitar 200 sel per mikroliter darah, maka ia akan sangat
rentan diserang oleh penyakit. Virus HIV yang menyebabkan AIDS ini menular dari
satu orang ke orang yang lain melalui percampuran cairan tubuh terutama darah. Penggunaan
jarum suntik secara bersamaan, transfusi darah dari penderita, dan hubungan
seksual, hingga sejauh ini diketahui sebagai cara efektif penularan virus HIV
ini.Penderita AIDS meninggal dunia bukan karena virus HIV yang menyerangnya. Beberapa jenis penyakit yang umumnya berakibat fatal pada penderita HIV adalah sebagai berikut.
- Infeksi jamur, contohnya: Pneumocystis carinii, yang menyerang paru-paru; Cryptococcus, yang mengakibatkan penyakit meningitis (radang membran otak); Histoplasma capsulatum, yang menyerang sistem pernapasan.
- Infeksi bakteri, contohnya: Mycobacterium tubercolosis, yang menyebabkan TBC; Mycobacterium avium, yang menyebabkan gangguan pada pencernaan.
- Infeksi virus, contohnya: virus Cytomegalovirus (CMV), yang menginfeksi retina mata dan mengakibatkan kebutaan; virus Epstein-Barr (EBV), yang menyebabkan kanker darah; virus Herpes Simplex (HSV) yang menyebabkan penyakit Herpes.
- Sebagian pengidap AIDS juga mengidap kanker, sebagai konsekuensi dari melemahnya tugas limfosit T dalam memerangi sel-sel asing, termasuk di antaranya sel kanker.
Gambar 11.19 Virus
AIDS yang menyerang limfosit T jenis sel penolong (helper T cell)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar